Oleh : H. Roni Haldi, Lc

Mungkin judul ini terdengar sedikit aneh, karena siapa yang bisa mengaitkan “kompetisi“—sebuah kompetisi untuk bertahan hidup yang penuh dengan pertempuran dan kelaparan—dengan bulan Ramadhan yang penuh berkah? Namun, mari kita lihat lebih dalam.

Di bulan Ramadhan, kita menjalani semacam “kompetisi” setiap hari. Kita menahan lapar, haus, bahkan dari hal-hal yang bisa mengurangi nilai ibadah kita, seperti berbicara buruk atau tergoda untuk bermaksiat. Namun, puasa yang kita jalani bukanlah kompetisi seperti yang digambarkan dalam film atau buku. Ini adalah sebuah proses spiritual yang penuh dengan rahmat, kesempatan untuk memperbaiki diri, dan mendekatkan hati kepada Allah.

Mengubah “Kelaparan” Menjadi Berkah

Setiap hari kita menahan lapar dan haus, dan sering kali kita merasa seperti kita sedang “berjuang” untuk bertahan hidup. Namun, sebenarnya, puasa adalah waktu yang penuh dengan berkah dan kesempatan untuk merasakan nikmat yang lebih besar daripada sekadar makan dan minum. Saat kita menahan diri, kita justru diberi kesempatan untuk merasakan hidup dengan cara yang lebih mendalam—untuk menyadari betapa besar nikmat yang sering kita anggap remeh.

Puasa mengajarkan kita untuk tidak hanya fokus pada kebutuhan fisik, tetapi juga pada kebutuhan rohani kita. Ini adalah waktu untuk melatih kesabaran, pengendalian diri, dan memperbanyak amal ibadah. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

وَاِذَا سَاَلَكَ عِبَادِيْ عَنِّيْ فَاِنِّيْ قَرِيْبٌ ۗ اُجِيْبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ اِذَا دَعَانِۙ فَلْيَسْتَجِيْبُوْا لِيْ وَلْيُؤْمِنُوْا بِيْ لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُوْنَ

Apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu (Nabi Muhammad) tentang Aku, sesungguhnya Aku dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila dia berdoa kepada-Ku. Maka, hendaklah mereka memenuhi (perintah)-Ku dan beriman kepada-Ku agar mereka selalu berada dalam kebenaran. (Al-Baqarah [2]:186).

Setiap detik yang kita jalani dalam keadaan puasa adalah waktu yang penuh dengan kesempatan untuk berdoa dan mendekatkan diri kepada Allah. Keletihan atau rasa lapar yang kita alami bukanlah penderitaan, melainkan sebuah peluang untuk memperoleh pahala yang berlipat.

Lapar yang Menghasilkan Berkah

Kita seringkali menganggap lapar dan haus sebagai sesuatu yang menyiksa. Namun, dalam konteks puasa, justru rasa lapar tersebut bisa menjadi sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah. Dalam kondisi lapar, kita diingatkan untuk lebih bersyukur atas nikmat yang Allah berikan setiap hari. Puasa mengajarkan kita untuk merasa cukup dengan apa yang ada, dan untuk tidak tergoda oleh keinginan duniawi yang seringkali berlebihan.

Seperti yang disebutkan dalam hadis: “Barang siapa yang berpuasa dengan penuh keimanan dan harapan pahala dari Allah, maka dosanya yang telah lalu akan diampuni.”
(HR. Bukhari dan Muslim)

Lapar yang kita rasakan adalah pengingat betapa berharganya makanan dan minuman, dan bagaimana kita harus lebih peduli dengan orang lain yang mungkin tidak seberuntung kita. Rasa lapar juga membuka hati kita untuk lebih peduli terhadap sesama, berbagi rezeki dengan mereka yang membutuhkan, dan meningkatkan kualitas ibadah kita.

Berbagi Dalam “Kompetisi” yang Penuh Berkah

Ramadhan bukan hanya tentang menahan diri. Puasa juga mengajak kita untuk berbagi. Ketika kita merasa lapar, kita diingatkan untuk lebih bersyukur dan lebih peduli terhadap mereka yang kelaparan setiap hari. Dengan berbagi makanan, waktu, atau rezeki, kita bisa merasakan betapa besar berkah yang Allah curahkan kepada kita.

Dalam sebuah hadis, Rasulullah SAW bersabda: “Senyummu kepada saudaramu adalah sedekah, dan memberi makan orang yang kelaparan adalah sedekah.”
(HR. Tirmidzi)

Jadi, meskipun kita menjalani “kompetisi” di bulan Ramadhan, kita sebenarnya diberi banyak kesempatan untuk menumbuhkan rasa empati, untuk berbagi dengan yang membutuhkan, dan untuk memperbaiki diri. Kita diajarkan untuk tidak hanya mengutamakan kepentingan diri sendiri, tetapi untuk peduli kepada sesama.

Kemenangan yang Sesungguhnya

Sama seperti dalam “kompetisi” di mana hanya ada satu pemenang, di bulan Ramadhan, kita semua berusaha menjadi pemenang dalam perjuangan melawan hawa nafsu dan keinginan duniawi. Kemenangan sejati di bulan Ramadhan bukanlah tentang bertahan lebih lama daripada yang lain, melainkan tentang bagaimana kita bisa lebih mendekatkan diri kepada Allah, membersihkan hati, dan meningkatkan kualitas ibadah kita.

Dalam hadis riwayat Muslim disebutkan: “Barang siapa yang berpuasa di bulan Ramadhan dengan penuh keimanan dan harapan pahala dari Allah, maka dosanya yang telah lalu akan diampuni.”

Kemenangan terbesar yang kita raih adalah mendapatkan ampunan dari Allah, dan dengan itu, kita memperoleh kesempatan untuk mendapatkan surga-Nya.

Bulan Ramadhan adalah waktu yang penuh dengan berkah, meskipun kita mungkin merasa seperti berada dalam sebuah “hunger games” setiap harinya. Namun, ini bukanlah perjuangan tanpa makna. Setiap rasa lapar, setiap detik yang kita jalani dalam keadaan puasa adalah kesempatan untuk beribadah, berdoa, dan berbagi. Di bulan yang penuh rahmat ini, mari kita jadikan “hunger games” kita sebagai momen untuk mendapatkan keberkahan yang lebih besar, bukan hanya untuk diri sendiri, tetapi juga untuk orang lain.

Apakah kamu siap untuk menjadi pemenang di “kompetensi” yang penuh berkah ini? (*)

Penulis rubrik “Peutuah Penghulu” ini ialah Kepala KUA Susoh dan Ketua PC APRI Aceh Barat Daya.

Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan ikuti saluran kami di Channel WhatsApp