Pada bagian lain, Prof. Fauzi Saleh menguraikan, mensyukuri nikmat yang tak terbatas jumlahnya adalah satu hal yang esensial dari kehidupan individu, pertama, ni’mat ijad dan kedua, ni’mat imdad.

Nikmat pertama dimakna manusia ini dihadirkan sebelumnya tidak ada. Tidak sewajarnya mengkufuri Pencipta yang telah mengadakan ke alam dunia ini, lalu dihidupkan, dimatikan dan dikembalikan kepada-Nya.

Kedua, nikmat dimana manusia yang hidup ini dicukupkan segala fasilitas kehidupan. Dunia dan segala isinya semata diperuntukkan bagi manusia agar proses ta’abbud dan taqarubnya tidak terkendala.

Manusia berfungsi sebagai abid (menjalani proses ibadah) itu disiapkan segala apapun yang dibutuhkan; nisa’ (kaum hawa sebagai pasangan), banin (anak-anak) dan qanathir (harta melimpah). Itu akumulasi nikmat yang banyak seharusnya selaras dengan pengakuan dan pemanfaatan sesuai kehendak Pemberi.

Menurutnya, manusia, sebagai makhluk dibekali nafsu dan akal sering berseteru di dalam batinnya yang disebutkan dengan kalamun nafsi bagaimana harus bersikap terhadap nikmat yang beragam itu. Tidak sedikit, manusia degan nikmat yang diberikan menghantarkan sebagai makhluk yang lupa diri dan “daratan”.(*)

Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan ikuti saluran kami di Channel WhatsApp