Sepekan Lebih Ivansi Ukraina, Pasukan Rusia Masih Tak Mampu Rebut Kyiv

Minggu, 6 Maret 2022 - 12:20 WIB

Pasukan Rusia dilaporkan terus merangsek wilayah-wilayah utama Ukraina dan kini semakin mendekati Ibu Kota Kiev. (Foto: REUTERS/CARLOS BARRIA)

Pasukan Rusia dilaporkan terus merangsek wilayah-wilayah utama Ukraina dan kini semakin mendekati Ibu Kota Kiev. (Foto: REUTERS/CARLOS BARRIA)

GLOBAL INTERNASIONAL – Sejak Presiden Rusia Vladimir Putin memutuskan menyerang Negara Ukraina, Kamis (24/2/2022) lalu, pasukan Moskow masih belum mampu menduduki Ibu Kota Ukraina, Kyiv.

Meski Rusia telah menguasai beberapa kota Ukraina lain, seperti Kherson. Kini, pasukan Moscow itu dikabarkan masih terjebak di luar kota Kharkiv dan Kyiv.

Menurut Atlantic Council, ada beberapa alasan pasukan Rusia masih tak bisa menduduki ibu kota Ukraina. Salah satunya, Rusia gagal menciptakan superioritas langit di Ukraina dan membuat kubunya kehilangan banyak pesawat tempur dan helikopter.

Selain itu, pasukan yang dikerahkan untuk menyerang Kyiv, Kharkiv, dan kota di utara Crimea masih tak cukup banyak. Rusia juga harus berhadapan dengan perlawanan masyarakat Ukraina yang keras, koordinasi buruk antara regu penembak dan manuver, dan mengalami masalah logistik signifikan.

Baca Juga :   Saudi Terima Turis Sudah Divaksin Tanpa Karantina Agustus

Di sisi lain, perang kota yang terjadi di beberapa wilayah Ukraina membuat kubu Kyiv masih memiliki keuntungan, mengingat mereka menguasai medan tempur.

Pasukan Ukraina tahu persis di mana tempat perlindungan yang aman bila serangan udara dari Rusia membombardir kota mereka.

Sementara itu, seorang pengamat menilai rencana invasi Rusia terlihat tak berjalan lancar, membuat negara itu harus mengubah strategi perang mereka.

“Rusia memulai ini dengan apa yang saya sebut Rencana B yaitu melakukannya dengan cara yang akan dilakukan pasukan Barat,” kata mantan direktur jenderal Royal United Services Institute (RUSI) dan seorang analis keamanan, Michael Clarke, dikutip dari Sky News.

Baca Juga :   Rusia Mulai Invansi Ukraina, Tank Tempur Bergerak

“Dengan pasukan yang relatif ringan bergerak cukup cepat dari perbatasan untuk mengepung daerah-daerah utama dan bergerak cepat di Kyiv, singkirkan pemerintah, nyatakan diri mereka sebagai pemerintah baru dan itu semua seharusnya dilakukan dalam waktu 72 jam,” tambahnya.

Namun, rencana ini tak berhasil dilakukan karena perlawanan pasukan Ukraina yang gigih.

“Sekarang mereka (Rusia) menggunakan Rencana A, yang mereka tahu bagaimana caranya, yaitu bergerak lebih lambat dengan armada yang lebih berat: armada pengepungan, seperti yang mereka katakan, menuruni lembah Dnieper, untuk mengepung kota-kota besar,” jelas Clarke.

Baca Juga :   Timnas Polandia Tolak Lawan Rusia di Laga Play Off Kualifikasi Piala Dunia 2022

Menurut Clarke, strategi tersebut akan menyulitkan Ukraina karena negara itu harus berusaha mempertahankan kota-kota mereka.

Rusia disebut akan mengepung sejumlah kota besar di Ukraina, salah satu caranya adalah dengan menargetkan sumber energi, seperti pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) Zaporizhzhia. Tanpa listrik dan pemanas, sulit bagi pejuang Ukraina bertahan.

Tak hanya itu, pasukan Ukraina harus bertahan di tengah ancaman stok logistik yang kian menipis. (**)

Sumber: CNN Indonesia


Ikuti berita terbaru Aceh Global News melalui Google News : Klik Disini !

Baca Juga

Internasional

Arab Saudi Bangun “The Mukaab” Gedung Megah Mirip Ka’bah Baru di Riyadh

Berita

Laporan Jamaah Haji Asal Aceh Utara Dari Madinah, Vicky Maldini: Pelayanan Sangat Baik dan Ramah Lansia

Internasional

Ini Deretan Negara yang Lebaran Idul Fitri 1444 H pada Jum’at 21 April 2023

Internasional

Merinding! Suara Merdu Dhiyauddin di Final Lomba Azan ‘Otr Elkalam’ Arab Saudi

Internasional

Indonesia Masuk 10 Besar Negara dengan Vaksinasi Covid-19 Terbanyak di Dunia

Berita

Pilpres Putaran Kedua Turki: Erdogan Unggul 52% dari 99% Suara yang Terhitung

Internasional

Bintang Tinju Manny Pacquiao Jadi Calon Presiden Filipina 2022

Internasional

Update Gempa Turki Suriah: 45 Ribu Lebih Korban Meninggal