Iklan - Scroll ke bawah untuk baca artikel
Artikel IslamRamadhan

Qadha Puasa Ramadhan Dulu atau Lanjut Puasa Syawal?

357
×

Qadha Puasa Ramadhan Dulu atau Lanjut Puasa Syawal?

Sebarkan artikel ini
Ilustrasi puasa syawal.(Instagram @syiartauhidaceh)

Qadha Puasa Ramadhan Dulu atau Lanjut Puasa Syawal?

PUASA enam hari dibulan Syawal adalah puasa sunnah yang dilakukan setelah selesai bulan Ramadhan. Puasa ini dilakukan selama enam hari secara berturut-turut atau tidak berturut-turut pada bulan Syawal.

Advertisement
Scroll ke bawah untuk melanjutkan

Puasa ini dapat dilakukan pada tanggal 2 hingga 7 bulan Syawal, dan bertujuan untuk memperbanyak amalan ibadah dan mendapatkan pahala yang besar dari Allah SWT.

Puasa enam hari ini juga disebut dengan puasa “Shawwal” dan dianggap sebagai penghapus dosa-dosa yang dilakukan selama setahun. Meskipun tidak diwajibkan, puasa ini sangat dianjurkan untuk dilakukan oleh umat muslim yang mampu melakukannya.

“مَنْ صَامَ رَمَضَانَ ثُمَّ أَتْبَعَهُ سِتًّا مِنْ شَوَّالٍ كَانَ كَصِيَامِ الدَّهْرِ”

Artinya: “Barangsiapa yang berpuasa di bulan Ramadhan, kemudian mengikutinya dengan berpuasa enam hari di bulan Syawal, maka dia akan mendapatkan pahala seperti puasa sepanjang tahun.” (HR. Muslim)

Namun, yang menjadi pertanyaan, bolehkah orang yang memiliki utang puasa Ramadhan, baik karena perjalanan, sakit, haid, ataupun alasan lain yang dibolehkan syariat menggabungkan puasa qadha dengan puasa sunnah Syawal itu?

Melansir laman nu.online, Kamis (27/4/2023), Orang yang memiliki utang puasa Ramadhan dianjurkan untuk segera membayar atau meng-qadha utang puasanya. Baru setelah itu, ia dapat menunaikan puasa Sunnah Syawal.

Hal demikian sebagaimana ditulis Al-Khatib As-Syarbini dalam kitab Mughnil Muhtaj pada jilid pertama, bahwa orang yang meng-qadha puasa di bulan Syawal tidak mendapatkan keutamaan sebagaimana yang dimaksud di atas. Berikut keterangannya:

Baca Juga :   Menag, Komisi VIII DPR dan MUI Kompak Beri Pesan Hormati Perbedaan Awal Ramadan

ولو صام في شوال قضاء أو نذرا أو غير ذلك ، هل تحصل له السنة أو لا ؟ لم أر من ذكره ، والظاهر الحصول. لكن لا يحصل له هذا الثواب المذكور خصوصا من فاته رمضان وصام عنه شوالا ؛ لأنه لم يصدق عليه المعنى المتقدم ، ولذلك قال بعضهم : يستحب له في هذه الحالة أن يصوم ستا من ذي القعدة لأنه يستحب قضاء الصوم الراتب ا هـ

Artinya, “Kalau seseorang mengqadha puasa, berpuasa nadzar, atau berpuasa lain di bulan Syawal, apakah mendapat keutamaan sunnah puasa Syawal atau tidak? Saya tidak melihat seorang ulama berpendapat demikian, tetapi secara zahir, dapat. Tetapi memang ia tidak mendapatkan pahala yang dimaksud dalam hadits khususnya orang luput puasa Ramadhan dan mengqadhanya di bulan Syawal karena puasanya tidak memenuhi kriteria yang dimaksud. Karena itu sebagian ulama berpendapat bahwa dalam kondisi seperti itu ia dianjurkan untuk berpuasa enam hari di bulan Dzul qa’dah sebagai qadha puasa Syawal.”

Meskipun demikian, jika puasa sunnah Syawal tidak dilaksanakan selepas menunaikan kewajiban qadha puasanya, ia tetap dinilai mengamalkan sunnah puasa Syawal. Hanya saja, ia tidak mendapatkan ganjaran seperti yang disebutkan di dalam sabda Rasulullah SAW.

Adapun bagi mereka yang tidak berpuasa Ramadhan tanpa uzur yang dibenarkan syariat, haram untuk mengamalkan puasa sunnah Syawal. Mereka wajib meng-qadha segera utang puasanya. Sementara mereka yang tidak berpuasa Ramadhan karena uzur tertentu, makruh mengamalkan puasa sunnah Syawal sebelum menunaikan qadha puasanya.

Baca Juga :   Niat dan Tatacara Puasa 6 Hari di Bulan Syawal

Hal demikian sebagaimana diterangkan Syamsuddin Ar-Ramli dalam kitab Nihayatul Muhtaj pada jilid ketiga sebagai berikut:

وَقَضِيَّةُ كَلَامِ التَّنْبِيهِ وَكَثِيرِينَ أَنَّ مَنْ لَمْ يَصُمْ رَمَضَانَ لِعُذْرٍ أَوْ سَفَرٍ أَوْ صِبًا أَوْ جُنُونٍ أَوْ كُفْرٍ لَا يُسَنُّ لَهُ صَوْمُ سِتَّةٍ مِنْ شَوَّالٍ . قَالَ أَبُو زُرْعَةَ : وَلَيْسَ كَذَلِكَ : أَيْ بَلْ يُحَصِّلُ أَصْلَ سُنَّةِ الصَّوْمِ وَإِنْ لَمْ يُحَصِّلْ الثَّوَابَ الْمَذْكُورَ لِتَرَتُّبِهِ فِي الْخَبَرِ عَلَى صِيَامِ رَمَضَانَ . وَإِنْ أَفْطَرَ رَمَضَانَ تَعَدِّيًا حَرُمَ عَلَيْهِ صَوْمُهَا. وَقَضِيَّةُ قَوْلِ الْمَحَامِلِيِّ تَبَعًا لِشَيْخِهِ الْجُرْجَانِيِّ ( يُكْرَهُ لِمَنْ عَلَيْهِ قَضَاءُ رَمَضَانَ أَنْ يَتَطَوَّعَ بِالصَّوْمِ كَرَاهَةُ صَوْمِهَا لِمَنْ أَفْطَرَهُ بِعُذْرٍ

Artinya, “Masalah di Tanbih dan banyak ulama menyebutkan bahwa orang yang tidak berpuasa Ramadhan karena uzur, perjalanan, masih anak-anak, masih kufur, tidak dianjurkan puasa sunnah enam hari di bulan Syawal. Abu Zur‘ah berkata, tidak begitu juga. Ia tetap dapat pahala sunnah puasa Syawal meski tidak mendapatkan pahala yang dimaksud karena efeknya setelah Ramadhan sebagaimana tersebut di hadits. Tetapi jika ia sengaja tidak berpuasa di bulan Ramadhan tanpa uzur, maka haram baginya puasa sunnah. Masalah yang disebutkan Al-Mahamili mengikuti pandangan gurunya, Al-Jurjani. (Orang utang puasa Ramadhan makruh berpuasa sunnah, kemakruhan puasa sunnah bagi mereka yang tidak berpuasa Ramadhan karena uzur).”

Oleh karena itu, bagi orang yang memiliki utang puasa Ramadhan, sebaiknya meng-qadha utang puasanya terlebih dahulu. Setelah itu, baru boleh mengamalkan puasa sunnah Syawal.

Perbedaan Pendapat Ulama terkait Qadha Puasa Ramadhan dulu atau Puasa Syawal

Baca Juga :   KHUTBAH JUM'AT: Meraih Qalbun Salim

Melansir laman mui.or.id, ada tiga pendapat ulama terkait meng-qadha puasa ramadhan terlebih dahulu atau lanjut melakukan puasa 6 hari di bulan Syawal. Ini menunjukkan bahwa perbedaan ulama adalah rahmat bagi kita umatnya.

1. Terlebih dahulu meng-qadha Puasa Ramadhan

Pendapat Ulama pertama menyebutkan menqadha puasa ramadhan lebih utama didahulukan daripada puasa Syawal, sebab amalan sunah tidak akan diterima jika amalan wajib belum ditunaikan. Bagi mereka yang kuat berpuasa dan tidak punya halangan syar’i seperti sakit, musafir atau haid sebaiknya melakukan pandangan pertama ini.

2. Boleh mendahulukan puasa Syawal

Sebagian ulama berpendapat boleh mendahulukan Syawal daripada Qadha Puasa Ramadhan. Sebab sekalipun puasa qadha hukumnya wajib, namun dari segi waktu sifatnya muwassa’ (fleksibel) hingga Ramadan berikut.

Sementara puasa Syawal sifatnya mudhayyaq (terbatas) di Bulan Syawal saja. Bagi mereka yang khawatir pada dirinya ada halangan Syar’I seperti musafir, haid, sakit, atau bahkan pekerjaan berat, sementara ia tidak mau menggabungkannya, maka boleh mendahulukan puasa Syawal daripada puasa Qadha.

3. Boleh menggabungkan puasa qadha ramadhan dan syawal

Terkahir, sebagian ulama ada berpendapat bahwasannya boleh menggabungkan niat dua puasa yang nilai hukumnya berbeda yakni wajib dan sunah. Jadi puasa Syawal diikutkan dalam niat puasa Qadha. Artinya puasa qadha dilakukan di bulan Syawal dengan mengharap pahala bulan Syawal sebagaimana yang tersebut dalam Hadis tentang keutamaan Bulan Syawal.

Pendapat ini bagi mereka yang memang biasanya berpuasa amat sulit dilakukan karena berbagai faktor. (*)