Iklan - Scroll ke bawah untuk baca artikel
Opini

Kepemimpinan Berdasarkan Perspektif Al-Qur’an

257
×

Kepemimpinan Berdasarkan Perspektif Al-Qur’an

Sebarkan artikel ini
Raudhatul Jannah, S.Pd.I adalah Guru SMPN 1 Darul Aman Kabupaten Aceh Timur.

Oleh: Raudhatul Jannah, S.Pd.I

DALAM sebuah organisasi/lembaga pendidikan, Kepala lembaga merupakan jabatan paling atas dalam truktur manajemen organsisi . Setiap helaan nafas dan denyut nadi sebuah lembaga tidak lepas dari figur seorang pemimpin yang terus berbuat untuk mencapai visi dan misi yang telah ditetapkan dengan tujuan untuk meningkatkan mutu dan kualitas lembaga yang berada di bawah kepemimpinannya.

Advertisement
Scroll ke bawah untuk melanjutkan

Pengembangan sebuah lembaga pendidikan sangat berpengaruh oleh gaya kepemimpinan yang dikembangkan oleh seorang pemimpin. Terkait gaya kepemimpinan, kita sering melihat berbagai macam tipe pemimpin sesuai dengan karakteristik individu yang terpilih menjadi pemimpin tersebut. Tetapi, Islam sendiri telah menentukan karakteristik seorang pemimpin seprti yang telah dicontohkan oleh Rasulullah SAW.

Rasululllah SAW adalah suri tauladan bagi seorang pemimpin untuk menjadi pemimpin yang baik, arif dan bijaksana. Kepemimpinan Rasulullan memegang teguh prinsip islam dengan menempatkan tugas kepemimpinan sebagai tanggung jawab dunia akhirat, karena pemimpin adalah sebuah amanah besar yang dititipkan oleh Allah SWT. Hal ini sejalan dengan firman Allah Swt dalam QS. al-Ahzab : 21 yakni :

لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِيْ رَسُوْلِ اللّٰهِ اُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَنْ كَانَ يَرْجُوا اللّٰهَ وَالْيَوْمَ الْاٰخِرَ
وَذَكَرَ اللّٰهَ كَثِيْرًاۗ

Artinya : “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah.”

Baca Juga :   Revenge Porn, Bentuk Baru Kejahatan Asusila di Dunia Maya

Jika dikaji lebih dalam lagi, sebenarnya, status kepemimpinana telah Allah sematkan pada manusia sejak pencipataan nabi Adam AS yang tersebut dalam QS.Al-Baqarah ; 30:

وَاِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلٰۤىِٕكَةِ ِانِّيْ جَاعِلٌ فِى الْاَرْضِ خَلِيْفَةً ۗ قَالُوْٓا اَتَجْعَلُ فِيْهَا مَنْ يُّفْسِدُ فِيْهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاۤءَۚ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ ۗ قَالَ اِنِّيْٓ اَعْلَمُ مَا لَا تَعْلَمُوْنَ

“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: “sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.” mereka berkata: “mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal Kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman: “sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.”(Q.S. al-Baqarah : 30).”

Sementara itu, dalam bahasa arab kata kepemimpinan sering disebut sebagai al-riayah, al-imarah, al-qiyadah, atau alzuamah yang berarti daya memimpin atau kualitas seorang pemimpin atau tindakan dalam memimpin. Sedangkan untuk istilah kepemimpinan pendidikan sering kita diistilahkan dengan qiyadah tarbawiyah.

Konsep Kepemimpinan Islami sebagai role model kepemimpinan yang sempurna dan suri tauladan bagi sleuruh umat, Rasulullah SAW memiliki empat karakteristk dalam menjalankan perannya sebagai seorang pemimpin, yaitu :

Pertama Sidiq yang artinya jujur, dan antonim dari sidiq adalah kazib. Jujur adalah sikap yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin dalam menjalankan roda kepemimpinannnya. Kejujuran merupakan kunci utama keberhasilan bagi seorang pemimpin.

Baca Juga :   IPC Pusat Layanan Kesehatan di Aceh, Sudah Berjalan atau Masih Sekedar Harapan?

اِنَّمَا يَفْتَرِى الْكَذِبَ الَّذِيْنَ لَا يُؤْمِنُوْنَ بِاٰيٰتِ اللّٰهِۚ وَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْكٰذِبُوْنَ

Sesungguhnya yang mengada-adakan kebohongan, hanyalah orang yang tidak beriman kepada ayat-ayat Allah, dan mereka itulah pembohong. (An-Nahl : 105).

Kedua amanah, artinya percaya, dan antonim dari amanah adalah khianat. Seorang pemimpin haruslah orag yang memiliki sifat amanah, karena segala bentuk kewajiban yang dibebankana kpadanya harus dijalankan dengan penuh kepercayaan.merupakan kualitas wajib yang harus dimiliki seorang pemimpin.Firman Allah dalam QS .Al-Anfal :27

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا تَخُوْنُوا اللّٰهَ وَالرَّسُوْلَ وَتَخُوْنُوْٓا اَمٰنٰتِكُمْ وَاَنْتُمْ تَعْلَمُوْنَ

“Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui.”

Ketiga Tabligh (Komunikatif), artinya berani menyampaikan kebenaran yang hakiki dan mengungkapkan kebathilan. Pada masanya Rasululullah SAW dikenal seagi seorang pemimpin yang bersifat terbuka dan tidak meutupi apapun kepada bawahannya meskipunn terkadamg akan menimbulkan kemarahan bagi orang lain. Dengan memiliki sifat transparansi maka seorang pemimpin akan memiliki kredibiltas yang tinggi. Firman Allah QS.Ali Imran ;104

وَلْتَكُنْ مِّنْكُمْ اُمَّةٌ يَّدْعُوْنَ اِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُوْنَ بِالْمَعْرُوْفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ ۗ وَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْمُفْلِحُوْنَ

“Dan hendaklah di antara kamu ada segolongan orang yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung”.

Baca Juga :   Makanan Siap Saji dan Kecanduan Gadget, Apakah Sebabkan Obesitas?

Keempat Fathanah yang artinya cerdas. Seorangg pemimpin haruslah orang yang memilki ilmu. Rasulullah SAW dalam memberikan arahan, menentukan kebijakan, dan mengambil keputusan selalu mendasarkan pandangan beliau pada ilmu. Seorang pemimpin harus cerdas dan berilmu.

Dari pemimpin yang cerdas dan berilmu akan lahir kebijakan-kebijakan yang tepat sasaran dan sesuai dengan kebutuhan. Pemimpin yang cerdas selalu haus akan ilmu, karena pemimpin yang cerdas tahu bahwa hanya dengan keimanan dan keilmuan seseorang akan memiliki derajat tinggi di mata manusia dan sang Khalik. Sebagaimana firman Allah Swt dalam al-Qur’an.

اَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِذَا قِيْلَ لَكُمْ تَفَسَّحُوْا فِى الْمَجٰلِسِ فَافْسَحُوْا يَفْسَحِ اللّٰهُ لَكُمْۚ وَاِذَا قِيْلَ انْشُزُوْا فَانْشُزُوْا يَرْفَعِ اللّٰهُ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا مِنْكُمْۙ وَالَّذِيْنَ اُوْتُوا الْعِلْمَ دَرَجٰتٍۗ وَاللّٰهُ بِمَا تَعْمَلُوْنَ خَبِيْرٌ

Artinya : “Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu:“Berlapang-lapanglah dalam majlis”, Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan:“Berdirilah kamu”, Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.”(QS.Al-Mujadalah;11). (*)

Penulis Adalah Guru SMPN 1 Darul Aman Kabupaten Aceh Timur. Email: [email protected].

Editor : Murhaban