Iklan - Scroll ke bawah untuk baca artikel
BeritaDaerah

Warga Lama Tuha Kuala Batee Gantungkan Ekonomi Rumah Tangga dari Chu

257
×

Warga Lama Tuha Kuala Batee Gantungkan Ekonomi Rumah Tangga dari Chu

Sebarkan artikel ini
Warga dari kelompok ibu-ibu di Desa Lama Tuha, Kuala Batee mengumpulkan chu dalam karung untuk dijual. FOTO: IST

Blangpidie, AcehGlobalNews.com – Sebagian warga di Desa Lama Tuha, Kecamatan Kuala Batee, Kabupaten Aceh Barat Daya (Abdya), menggantungkan nasib ekonomi rumah tangga mereka dari hasil menangkap Chu atau disebut “siput sedot hitam.”

Chu di kawasan Lama Tuha merupakan salah satu sumber daya alam (SDA) yang memiliki nilai ekonomis tinggi.

Advertisement
Scroll ke bawah untuk melanjutkan

Selain itu, Chu daerah ini apabila dikonsumsi juga mempunyai kualitas rasa yang berbeda dengan Chu di wilayah lain.

Diketahui Lama Tuha merupakan salah satu gampong atau Desa yang masuk dalam Kawasan Industri Surin. Siput Sedut Hitam atau dalam bahasa latin Mollusca di kawasan itu berasal dari muara sungai Lama Muda.

Baca Juga :   Aceh Tempati Lima Besar Nasional Terbanyak Penerimaan Siswa SNMPTN 2022

Dengan adanya habitat hewan berkaki perut itu, menjadi salah satu sumber mata pencaharian bagi warga Desa Lama Tuha, khususnya bagi komunitas kaum hawa.

Pekerjaan mengumpulkan Chu yang ditekuni oleh ibu-ibu di Desa Lama Tuha untuk membantu memenuhi kebutuhan rumah tangga mereka sehari-hari.

Salah seorang warga, Meurudom (55), mengatakan dirinya bersama perempuan lain di Desa mengumpulkan chu di kawasan muara sungai untuk dijual.

Baca Juga :   Rencanakan Aksi Demo pada 21 April Besok, Mahasiswa Usung 7 Tuntutan

“Kami mengumpulkan Chu ini untuk di jual, dari hasil jual dapatlah sedikit uang untuk membantu membeli kebutuhan hidup keluarga,” sebut Meurudom, saat mengangkat karung berisi siput dari perahu ke darat, Minggu (28/8/2022).

Meurudom mengatakan, Chu yang telah dikumpulkan kemudian dijual dengan kisaran harga mulai Rp 15.000 hingga Rp 20.000 per karung isi 15 kg.

“Rata-rata, dalam sehari setiap dari kami dapat mengumpulkan Chu 20 karung. Itu bukan setiap saat, ada waktu-waktu tertentu puncak panen siput ini, seperti musim penghujan dan bulan pasang penuh seperti sekarang ini,” jelasnya.

Baca Juga :   Ilham Rizki dan Siti Nafizah Terpilih sebagai Agam dan Inong Duta Wisata Abdya 2021

Kualitas atau rasa Chu kawasan Lama Tuha terasa beda dengan Chu dari muara sungai lain. Hal itu terbukti dengan tingginya permintaan Chu Lama Muda dari dalam daerah maupun dari luar daerah.

“Chu kita ini dibeli toke untuk di kirim ke Banda Aceh dan ke Medan, banyak permintaannya karena katanya Chu di muara kita rasanya lebih nikmat daripada Chu muara lain,” tutur Meurudom.(*)