Iklan - Scroll ke bawah untuk baca artikel
Opini

Meningkatkan Motivasi Belajar Peserta Didik Melalui Gerakan Siber Casting

669
×

Meningkatkan Motivasi Belajar Peserta Didik Melalui Gerakan Siber Casting

Sebarkan artikel ini
Junia Fitri adalah Guru SMPN 1 Seunagan Kabupaten Nagan Raya. (Foto for Acehglobal).

Oleh: Junia Fitri, S.Pd

Menurut Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI), stunting didefinisikan sebagai indikator status gizi tinggi badan menurut umur (TB/U) sama dengan atau kurang dari minus dua standar deviasi (-2 SD) di bawah rata-rata standar.

Advertisement
Scroll ke bawah untuk melanjutkan

Menurut sulisttyawati, stunting merupakan keadaan tubuh yang pendek atau sangat pendek sehingga melampaui defisit-2 SD di bawah median yang panjang atau tinggi badan. Pada tahun 2017, 22,2% balita di dunia mengalami stunting. Stunting merupakan masalah gizi utama di Indonesia dengan prevalensi sebesar 29,6% pada tahun 2017.

Stunting dapat disebabkan oleh tidak akuratnya asupan makanan bergizi, riwayat ASI eksklusif, berat badan lahir rendah, dan riwayat infeksi. Stunting dapat berdampak terhadap perkembangan motorik dan verbal, peningkatan penyakit degeneratif, kejadian kesakitan dan kematian.

Berbagai penelitian telah membuktikan bahwa terdapat pengaruh stunting terhadap perkembangan kognitif dan prestasi belajar anak yang dapat menurunkan produktivitas kerja sehingga pada akhirnya dapat menghambat pertumbuhan kognitif dan psikomotorik dari penderita stanting itu sendiri.

Remaja merupakan fase yang penting pada perkembangan manusia ketika perkembangan sosial, biologi dan psikologi terjadi(WHO, 2014b). Remaja terdiri atas dua tahapan yaitu remaja awal ketika berusia 10-14 tahun dan remaja akhir berusia 15-19 tahun. Secara global sekitar 1,2 triliun penduduk di dunia diperkirakan akan menjadi remaja yang mencapai 16% dari populasi dunia dan hampir 90% dari mereka negara-negara dengan pendapatan menengah ke bawah.

Pada fase remaja mereka mengadopsi peran sosial yang lebih jelas dan meletakkan dasar untuk masa depan mereka(Sawyer et al., 2012). Gizi yang tepat selama fase remaja sangat diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan yang optimal dan mungkin berpengaruh terhadap kesehatan generasi dimasa yang akan datang (Black et al., 2013).

Stunting pada remaja terjadi karena masalah gizi saat balita atau pra-sekolah. Malnutrisi yang terjadi pada masa balita yang mengindikasikan stanting, akan berakibat pada pertumbuhan dan perkembangan remaja terhambat. Dampak jangka panjang dari stunting pada kesehatan remaja putri adalah berupa perawakan tubuh pendek, peningkatan resiko obesitas, dan penurunan kesehatan reproduksi, sedangkan dampak pada hal perkembangan ialah penurunan prestasi dan kapasitas belajar, serta penurunan kemampuan dan kapasitas kerja (Daru, 2017).

Baca Juga :   5 Konspirasi Licik Yahudi Runtuhkan Islam

Konsekuensi stunting pada remaja memberikan risiko yang lebih besar terhadap komplikasi obstetrik, gangguan persalinan pada perempuan dan hilangnya kemampuan fisik pada remaja baik laki-laki maupun perempuan (Soliman et al., 2021). Fase remaja merupakan tahap atau kesempatan terakhir untuk melakukan intervensi dan memperbaiki gangguan pertumbuhan yag terjadi pada masa anak-anak. Hal ini juga akan mendukung pertumbuhan yang maksimal untuk memutus siklus gangguan gizi seperti stunting antar generasi.

Berbagai faktor yang menyebabkan remaja mengalami stunting sangat perlu diteliti sehingga intervensi bisa dilakukan segera mungkin. Oleh sebab itu, penting nya melakukan penelitian untuk mengetahui apa saja yang menjadi determinan dan faktor risiko stunting pada remaja melalui pencarian literature.

Dalam pencarian literatur, diperoleh hasil bahwa asupan zink berkaitan secara signifikan dengan kejadian stunting pada remaja (Sulistianingtias and Dasuki, 2017). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian di Palestina yang menemukan bahwa zink berpengaruh terhadap kejadian stunting, remaja yang mengalami defisiensi zink memiliki risiko lebih besar terkena stunting dibanding remaja yang memiliki asupan zink norma l(AbuNada et al., 2013).

Penelitian yang dilakukan di Lombok menunjukkan bahwa remaja yang mengalami stunting mengkonsumsi zink kurang dari asupan zink yang dianjurkan (Irawati et al., 2022). Namun demikian, hasil yang berbeda ditemukan pada penelitian Irawati di Lombok yang menemukan bahwa tidak ada perbedaan asupan zink pada kelompok remaja stunting dan yang tidak stunting (Irawati et al., 2022).

Zink merupakan salah satu mikronutrien yang berperan sangat penting pada pertumbuhan manusia karena memiliki struktur serta peran di beberapa sistem enzim yang terlibat dalam pertumbuhan fisik, imunologi dan fungsi reproduksi. Akibatnya, saat terjadi defisiensi zink maka dapat mempengaruhi pertumbuhan fisik anak-anak (Abunada, et al 2013). Zink juga berhubungan dengan hormon-hormon penting yang terlibat dalam pertumbuhan tulang seperti samatomedin-c, osteocalcin, testosteron, hormon tiroid dan insulin.

Baca Juga :   Kenapa Semestinya Konser Musik di Aceh Dilarang?

Zink juga memperlancar efek vitamin D terhadap metabolisme tulang dengan stimulasi sintesis DNA di sel-sel tulang. Oleh sebab itu, zink erat kaitannya dengan metabolisme tulang, sehingga sangat penting dalam tahap pertumbuhan dan perkembangan (Anindita, 2012). Remaja berisiko mengalami kekurangan zink karena beberapa faktor diantaranya:

(1). fase remaja adalah fase dimana kebutuhan terhadap energi, protein, vitamin dan mineral lebih besar untuk memenuhi tahapan pertumbuhan dan perkembangan mereka.

(2). remaja yang stunting cenderung akan menjadi perempuan/ibu dengan perawakan pendek yang akan berpengaruh terhadap system reproduksi mereka dan keturunannya.

(3). Perubahan gaya hidup dan kebiasaan makan pada remaja. Selain itu, remaja merupakan fase dengan pertumbuhan yang sangat cepat. Selama periode remaja, pengendapan mineral mencapai puncaknya yaitu 80-90% (Weaver et al., 2016).

Studi case control yang dilakukan oleh Canny (2017) menunjukkan bahwa ada pengaruh intake protein terhadap kejadian stunting pada remaja SMP, dimana intake protein yang kurang memberikan risiko 6,984 kali pada remaja untuk terkena stunting. Penelitian di India menunjukkan hasil yang sama yaitu asupan protein secara signifikan lebih banyak pada remaja laki-laki dengan kondisi pertumbuhan yang normal dibandingkan asupan protein pada remaja laki-laki yang stunting (Shafiee et al., 2015).

Protein merupakan suatu molekul yang penting yang terdapat di semua sel hidup. Semua enzim, hormon, pengangkut zat-zat gizi dan darah, matriks intraseluler dan sebagainya merupaka protein. Selain itu, asam amino yang membentuk protein bertindak sebagai prekusor sebagian besar koenzim, hormon, asam nukleat, dan molekul-molekul yang essensial untuk kehidupan.

Protein memiliki peran khas yang tidak dapat digantikan oleh zat gizi lain, yaitu untuk membangun serta memelihara sel-sel serta jaringan tubuh. Selain itu, protein digunakan untuk pertumbuhan dan perbaikan sel – sel. Protein yang cukup akan mampu melakukan fungsinya untuk proses pertumbuhan (Almatsier, 2010). 11 Masalah kekurangan protein telah ditemukan di berbagai negara miskin dan negara berkembang (WHO, 2014a).

Hal ini juga berkaitan dengan masalah social ekonomi. Namun demikian, kebutuhan seseorang akan protein untuk pertumbuhan dan perkembangan sangat penting. Konsumsi protein yang kurang dan kualitas protein yang tidak bagus berkontribusi terhadap kekurangan protein dan asam amino(Gat-Yablonski and Phillip, 2015).

Baca Juga :   Mendengar atau Berbicara?

Protein merupakan elemen yang mengatur dan mempengaruhi fungsi DNA sebagai pengontrol dari proses pertumbuhan dengan mengatur berbagai unsur yang ada didalamnya. Selain itu, protein sebagai unsur dari IGF-1, sebagai mediator kualitas hormon pertumbuhan sangat dipengaruhi oleh jumlah dan jenis protein.

Kekurangan protein akan menghambat produksi dari IGF-1, sehingga merangsang oesteoblas. Jika hal ini berlangsung dalam jangka waktu lama dan terus menerus maka akan menhambat pertumbuhan(Gropper and Smith, 2012; Sari et al., 2016). Oleh sebab itu asupan protein sangat penting sejak balita dan tetap dikontrol pada saat remaja untuk menhindari terjadinya stunting.

Salah satu upaya yang di lakukan sekolah SMPN 1 Seunagan dalam mencegah terjadinya stanting adalah dengan membuat Aksi siber casting atau cegah stanting pada remeja putra umumnya dan remaja putri khususnya. Di mulai dengan melakukan senam kebugaran bersama yang di laksanakan pada hari sabtu, kemudian di lanjutkan dengan sarapan bersama pada hari senin setelah melakukan upacara bendera semua remaja putri SMPN 1 Seunagan meminum tablet penambah darah secara bersama – sama.

Pemberian tablet penambah darah(TTD) pemberiannya di lakukan seminggu sekali secara rutin dilakukan pada hari senin dan di utama kepada remaja putri yang telah mengalami pubertas atau menstruasi. Serta di akhiri dengan edukasi interaktif cegah anemia pada remaja dan gizi seimbang menu isi piring ku.

Dengan adanya aksi siber casting ini di harapkan para siswa dan siswi SMPN 1 Seunagan terbebas dari stunting yang berakibat pada menurunnya kemampuan kognitif dan perkembangan otak dan menurunnya prestasi belajar peserta didik. Siswa lebih mengetahui menu makanan bergizi melalui edukasi menu seimbang isi piringku. Selain itu, meningkatkan kepatuhan para remaja putri untuk menerapkan perilaku pola hidup bersih dan sehat (PHBS). Serta, meningkatkan komitmen sekolah dalam melaksanakan Pencanangan Siber Casting secara rutin setiap satu minggu sekali.(*)

Penulis adalah Guru SMPN 1 Seunagan Kabupaten Nagan Raya.

Editor: Salman